Selasa, 27 Mei 2008

Susahnya kalau dokter gigi sakit gigi

Beberapa hari terakhir, gigi belakang kiri bawahku berulah lagi. Memang gigi yang satu ini paling susah diurus. Sejak aku masih anak-anak dia sudah berlubang dan ditambal Om John dengan amalgam. Tambalan yang sangat kuat, bertahan tanpa masalah hingga aku berusia 20-an. Saat itu Om John sepertinya baru mempunyai seperangkat alat dan bahan komposit, jadi seluruh tambalan amalgam di mulutku (meskipun tidak bermasalah) diganti dengan komposit. Kelihatan lebih bagus memang.

Masalah pertama muncul kira-kira 10 tahun yang lalu. Gigi ini terasa sakit berdenyut. Kali ini aku berkonsultasi dengan Eng Lian, yang waktu itu sedang studi spesialisasi konservasi gigi. Setelah dibongkar, daerah tanduk pulpa distal terasa sangat nyeri, sedangkan bagian mesial tidak masalah. Partial nekrosis. Menurut Eng lian, memang gejalanya seperti itu. Rasa sakitnya melebihi pulpitis. Waktu itu gigiku di-pulp-capping. Hal ini beratahan hingga kira-kira 5 tahun.

Muncullah masalah kedua. Gigi ini terasa sakit sekali, betul-betul sakit. Sakit ini akan mereda bila aku minum atau berkumur air, juga bila angin dihembuskan ke gigi ini. Kalau hal ini terjadi pada pasienku, aku pasti akan membuka tambalan gigi dan atap pulpa gigi. Hal ini pasti efektif untuk mengatasi tekanan gas yang ada di dalam pulpa yang menimbulkan rasa sakit ini. Tapi aku tidak berani melakukannya pada diriku. Ada rasa ragu, apa betul tindakan ini efektif.... bagaimana jika hasilnya malah makin sakit.

Sore itu, aku ke Bobby. Sejak di perjalanan sampai menunggu di ruang tunggu pasien (sungguh pengalaman menjemukan...), aku mengemut air sejuk terus. Bila suhu air sudah sama dengan suhu rongga mulut, air aku telan. Sampai kembung. Benar saja, yang dilakukan Bobby terhadap gigiku ini sama seperti yang biasa aku lakukan pada pasienku. Rasa sakit langsung hilang. Perawatan selanjutnya, aku lakukan sendiri. Perawatan seadanya, karena tidak mungkin aku melakukan preparasi biomekanis di gigi sendiri, apalagi gigi kiri. Hanya dengan memasukkan pasta kalsium hidroksida dan menutupnya dengan tambalan sementara. Bila tambalan sementara berkurang, ya tambal ulang. Seperti itulah, berulang-ulang dan gigiku bertahan tanpa masalah sampai beberapa bulan yang lalu.

Inilah masalah yang ketiga dan hingga kini belum terselesaikan. Beberapa bulan yang lalu, dinding bukal gigiku retak. Jadi sakit kalau dipakai mengunyah. Kali ini gigiku ditangani Debby. Bagian gigi yang retak dipotong, ternyata sampai di bawah tepi gusi. Ruang pulpa sudah tertutup, karena penggunaan kalsium hidroksida selama 5 tahun terakhir. Debby, yang spesialis konservasi gigi, menganjurkan agar gigiku dicabut saja, karena tidak memungkinkan lagi untuk direstorasi. Ketika aku minta tolong ke drg Alex untuk mencabut gigiku, dia malah balik meyakinkanku bahwa gigiku bisa direstorasi. Weleh.... sepertinya ada rasa sungkan karena pasiennya sesama dokter gigi.

Sampai sebulan yang lalu, sisa gigi yang ditolak oleh 2 spesialis itu tidak menimbulkan masalah, msekipun dalam keadaan terbuka. Baru beberapa hari belakangan, gigiku mulai mengganggu lagi. Dugaanku periodontitis, karena beberapa bulan oklusi tidak normal. Ada rasa tidak nyaman di sekitar gigi ini, tapi enak kalau dihisap-hisap. Kalau malam, rasa tidak nyaman bertambah. Sudah waktunya dicabut, tapi aku tidak bisa mencabutnya sendiri, selain rasa tidak tega waktu menyuntik, juga kesulitan mengatur posisi mancabut karena gigi ada di sebelah kiri.

Susahnya kalau dokter gigi sakit gigi.

Kamis, 15 Mei 2008

10 hari terkapar

Gara-gara jilatan si Aedes, 10 hari aku terkapar. Jangankan menulis di blog, untuk naik ke ruang atas tempat kompi bertahta saja, aku tak sanggup. Sekali-sekali saja, kalau ada sedikit tenaga, kucatat pikiran-pikiranku di hape.


5 Mei pk 18.00
Hari ini aku coba membiasakan diri mencatat di hp dulu ide-ide yang ada di kepala supaya tidak hilang begitu saja seperti minggu-minggu lalalu waktu kompi di rumah rusak dan internet di rumah sakit ngadat terus. Pagi ini sedikit tidak enak badan dikit, mau nongkorong di bawah saja. Eh, kok keterusan sakitnya sampai sore. Warung tutup saja dulu.

7 Mei pk 20.00
Wah, kok jadi tidak karuan! Tidak enak badan yang biasanya cuma 1 haru, sekarang sudah masuk hari ketiga. Sudah periksa darah, trombosit normal, jadi tidak ada ada tanda-tanda DHF. Mungkin tifus. Lusa, kalau masih demam, cek Salmonella. Ini kata dr Suga. Yang rendah adalah eritrosit dan hemoglobin. Jadi disuruh minum vitamin penambah darah. Besok deh belinya. Ya ampuuunn, kurang darah saja kayak gini menderitanya!

8 Mei pk 10.30
Sakit hati. Tadi jam 9.45 anugerah telepon, "Kenapa belom datang?" Terdengar di latar belakang suara Ny ILS, "Kok ga bilang-bilang".
"Aku sudah sms Ny ILS"
"Ha..ha...baru liat."
Enak betul ngomongnya! Orang lagi sakit begini disuruh mendengar kata-kata seperti itu, rasanya langsung menikam jantung! Mulutnya memang berbisa sekali, sudah lama aku berhati-hati kalau berbicara dengannya.

8 Mei pk 12.30
Duh, kalau anemia seperti ini dan perlu waktu 1 bulan minum sangobion dengan penderitaan seperti ini terus, sepertinya kegiatan mencatat ide di hape betul-betul harus dilakukan. Ceritaku tentang penyakit ini saja mungkin bisa jadi beberapa posting nih...

8 Mei pk 22.00
Malam aku tidak tahan lagi dengan rasa sakit di kepalaku. tanpa konsultasi lagi dengan dr Suga, meski dengan sedikit rasa ragu, aku ke rumah sakit. Hasil pemeriksaan darah menunjukkan hemoglobinku sudah di atas normal (haaa...? cuma 1 sangobion!), trombosit 139 ribu, positif salmonella tyhpoid dan parathyboid beberapa tipe dan infeksi dengue. Harus opname. Sering aku beranggapan, aku tidak takut kuman karena punya daya tahan tubuh bagus hasil tempaan sejak kecil : jarang minum obat, apalagi antibiotika, biasa telanjang dada waktu balita, biasa main hujan dan panas waktu kecil, tak pernah bolos pelajaran olah raga, hidup teratur. Tidak takutlah pada kuman. Aku lebih takut polusi daripada kuman. Eh.... ternyata tak kuat juga aku!
Bisa terkapar juga di rumah sakit. Mudah-mudahan tidak lama-lama lah di sini....

9 Mei pk 8.30
Semalam tidak bisa tidur. Badan segar trus, sampai tahu 4X infus diganti. Gara-gara tadi malam disuntik neuroboran dan vit C. Jam 7 pagi waktu bangun pagi serasa tidak habis tidur. Setelah sarapan bubur tidak enak dan mandi, Okta datang. Katanya disuruh dokter Alex menungguiku sampai beliau datang. Meski kukatakan tidak perlu, dia tetap bertahan. Yang menyebalkan, dia berkeluhkesah tentang keluarganya, dari nenek sampai keponakannya. Duhhh... Okta, aku mau istirahat!

9 Mei pk 14.30
Orang-orang anugerah datang, setelah jam besuk lewat, termasuk Ny ILS. Rasa kesal belum hilang. Mereka banyak cerita lucu, tapi aku tak satu kalipun meladeni omongan Ny ILS. Kalaupun ada yang perlu ditanggapi, kutanggapi dengan menoleh ke orang lain. Kelihatan sekali dia sedang menjilat-jilat mukaku. Tentang kejadian hari Rabu kemarin, katanya "Tapi ga ada pasien yang marah kok karena disuruh pulang" Ya ealah.... pasien anugerah kan pasien penuh kepasrahan semua. "5 orang besoknya datang lagi." Bukan itu yang penting.... tapi berapa pasien yang ditolak?

9 Mei pk 15.00
Trombosit turun lagi menjadi 88 ribu, berarti positif DHF. Dokter Yudis bilang, tifusnya ringan. Rupanya dia tidak anti obat tradisional. Boleh-boleh saja mengkonsumsi Pien Tze Hwang, ankak, jambu biji. Malah dia memberi resep mengolah ankak, yaitu dengan mentimnya selama 1 jam. Lebih enak kalau dimasak pakai ayam. Ya ealah....


9 Mei pk 18.00
Hari ini memang tidak ada sakit kepala seperti kemarin. Penyebabnya rupanya bantal ketinggian. Hari ini bantal tidak dipakai lagi. Tapi kepala rasanya berputar-putar, dan berefek pada rasa mual. Tidak biasa-biasanya aku menyisakan makanan. Makanan yang tidak enak saja tetap kumakan. Kalau sampai makanan tidak kumakan, berarti sudah kebangetan, misalnya bubur tawar tanpa lauk, makanan sudah busuk atau kotor. Tapi hari ini betul-betul perutku mual, jadi tidak semua makanan yang diberikan rumah sakit bisa kuhabiskan.

10 Mei pk 8.00
Tidur semalam betul-betul tidak nyenyak. Mimpi main internet.

p10 Mei pk 18.00 Trombosit 58 ribu. Ada tab let bunga siantan buatan Pusat Studi Obat Bahan Alam UI dari Bu Joyce. Satu lagi support therapy untuk menaikkan trombosit
Ya ampunnn... Ny ILS datang lagi! Alasan menemani Pak Husen? Ada istri! Betul-betul cari perhatian dia! Tak mempan deh. aku sudah tahu sifatmu! Selain mereka, ada 3 kloter Karet! Waduh, kaya celeb neh. Tapi celeb kurang ngetop, jadi info terbaru belum tersebar. Sampai malam ini, mereka taunya aku tifus, bukan DHF.

10 Mei pk 19.30
LKCCO concert. Tidak cuma tidak jadi ikut nyanyi, nonton juga tidak bisa! Rencana sebelumnya, mau nonton dengan balerinaku. Hari ini juga ada launching LKCCO children choir. Begini nasib jadi.....

10 Mei pk 21.30
Andrea Bocelli di Metro. Ini reminder. Tapi karena ketiduran, ya tidak jadi nonton ....

11 Mei pk 6.00
Semalam untuk pertama kali sejak demam, tidur enak banget. Setelah jam besuk berakhir, dengan maksud 1 jam kemudian mau minum tablet siantan. Rasanya baru beberapa menit tidur, tau-tau sudah jam 1.30! Wah... suster-suster shift sore tidak kebagian kue deh! Setelah minum tablet, tidur lagi.Jam 5 pagi sudah segar, enak banget bangunnya. cuma pusing tidak hilang, karena trombosit rendah.

11 Mei pk 9.45
Dokter Yudis hari ini tumben visit pagi, pakai T Shir t lagi! Oops... sekarang kan minggu. Trombosit sudah tidak turunlagi, tadi pagi sudah 53ribu. Besok sudah boleh pulang. Satu lagi bukti suster ngaco : boleh ngeden! Ya am;pun, suss... yang takhyul kok dikasih tahu ke pasien.

11 Mei pk 10.00
Kemarin ada suster yang bilang kalau lagi DHF tidak boleh sikat gigi, ngeden, nupil, jalan, karena bisa terjadi perdarahan. Untuk yang lain, aku nurut saja. Tapi kalau tidak boleh sikat gigi... AKU LEBIH TAHU. Gusi sehat tidak bisa berdarah walaupun disikat. Jadi kalau DHF, justru harus disikat supaya gusi tidak meradang dan berdarah.
Tadi padi dokter Yudis tanya soal BABku yang tertahan sejak kemarin. Aku bilang aku tidak berani mencoba, karena tidak boleh ngeden. "Ah, siapa bilang... boleh kok." Didukung lagi dengan kepastian trombositku sudah mulai naik, aku abaikan semua mitos ciptaan suster kemarin. Kencing tidak mau pakai pispot di tempat tidur lagi dan mulai mencoba lagi untuk ngeden, meski beberapa kali tanpa hasil. Kalau ngupil.... dari kemarin juga aku lakukan.

11 Mei pk 15.00
Siang ini banyak yang datang. Pertama kali datang balerinaku, yang sejak kemarin memang berencana di sini selama guru pmj. Terus guru sekolah minggu dan pemuda karet. Lalu dokter Sondari. Belum pulang, datang Daisy, disusul Henny. Sekitar waktu besuk habis, Yunus datang. Karena menunggu satu lagi teman SMAK I yang paling jauh rumahnya : Otek, ngobrol teruslah... Kunjungan berakhir lewat dari pk. 14.30. Untung kondisi sudah lumayan segar, tidak harus dalam posisi tidur. Seharian ini nyaris backrest dalam posisi tegak terus.

11 Mei pk 16.30
Legaaaa banget! Aku sukses berjuang di kloset dengan bantuan 2 tablet dulcolax, yang pasti berjuang berat di perut melewati kanal yang sangat panjang dan keras. Diawali 2 jam sebelumnya oleh angin yang lebih dulu sampai ke pintu keluar dan menimbulkan bau seperti obat keriting rambut. Tidak puas dengan 1 kali pemboman kloset, 1 jam kemudian sisa-sisa peluru dihabiskan di tempat yang sama. Dokter Yudis bilang, kalau belum menanam berlian, belum boleh pulang.

12 Mei pk 6.30
Hari ini pulang . Jam 6.30 sudah selesai mandi, sekali lagi... MANDI, bukan dilaplagi! Sekalian keramas rambut yang bau banget dan bikin malu kalau dicium tamu. Trombosit pagi ini 94 ribu. Jam 9 sudah siap pulang, barang-barang semua sudah masuk tas. Tinggal tunggu dijemput guru jam 2, sambil menikmati fasilitas kamar, nonton, makan, bermalas-malasan. Bosan, main ke polis gigi, buka email yang sudah 1 minggu tidak dilihat. Balik ke kamar lagi, nonton Thomas Cup dan Uber Cup. Sebetulnya belum segar betul, masih pusing kalau duduk atau berdiri kelamaan.

Jumat, 02 Mei 2008

REPORTASE SIANG

Minggu, 27 April 2008 yang lalu, kawasan Gading Serpong dibuat heboh.
Penyebabnya adalah Bu Christiani, guru biologi SMAK I berkenan mengunjungi
workshop Lim Rusli, alias Otek, murid kesayangannya dulu. Bagaimana tidak
disayang, rata-rata nilai biologinya selama 3 tahun adalah 16 ! Sebetulnya 10,
karena sayangnya, diberi bonus 60%.

Sejak Sabtu, begitu mendapat kabar tentang rencana kunjungan Sang Guru, Otek
menjadi salah tingkah. Rupanya dia kuatir bonus yang diterimanya dulu akan
ditarik kembali kalau penyambutan tidak sempurna. Hari Minggu, dihubunginya
beberapa temannya untuk mendampinginya. Karena terlalu mepet, hanya 2 orang yang
menyanggupi yaitu Yunus dan reporter anda.

Minggu siang, di food court Sumarecon Mal Serpong tepatnya Bakmi Gang Kelinci
terjadi "temu kangen" kecil-kecilan. Ibu Christiani datang bersama Pak Tum dan
"Si Joni". "Si Joni", yang nama sebenarnya tidak diingat oleh reporter yang
sudah mulai pikun ini, adalah teman Bu Christiani yang pernah kos di rumahnya
dan mempunyai hobby yang sama, yaitu tanaman.

Makan siang, yang banyak diselingi acara kampanye biopori oleh reporter
(hehehe...), ternyata memunculkan ide tentang tempat reuni akbar gang84. Yunus
rupanya terinspirasi oleh cerita Pak Tum tentang reuni angkatan 79 yang diadakan
di aula SMAK I. Menurut Yunus, ide mengadakan reuni di aula SMAK I menarik,
karena mengurangi biaya, setidaknya biaya booking, dan tinggal menyiapkan
katering. Bagi reporter, ide ini baik, karena acara reuni dengan mengambil
tempat di sekolah akan mengembalikan suasana 25 tahun yang lalu.

Setelah makan siang, acara dilanjutkan di workshop Otek yang letaknya tidak jauh
dari Mal. Wajah Bu Christiani keliatan sumringah ketika berada di workshop. Satu
persatu tanaman diperhatikan olehnya, bahkan ulat yang sedang bersantap siang di
balik daunpun dilihatnya. 2 jam di workshop yang panas terik itu tampaknya tidak
membuatnya lelah. Pukul 15.30 rombongan meninggalkan workshop. Bu Christiani
mendapat oleh-oleh 2 buah tanaman dari mantan murid kesayangannya. Kalau tidak
salah, salah satunya akan dikembangbiakkan dengan membuat kultur jaringan,
bidang yang memang didalaminya hingga saat ini.

Nilai 16 itu tentunya tidak jadi ditarik, karena terlihat jelas Bu Christiani
bangga dengan mantan muridnya itu.

Reporter anda,
Melinda
(seperti yang diposting ke milis smak1y84gang 29 April 2008)

Wade in the water

Wade in the water
Wade in the water
Wade in the water, children
God's gonna trouble the water

I look over Jordan and what did I see?
God's gonna trouble the water
A band of angels was comin' for me
God's gonna trouble the water

When I get to heaven how happy I'll be
God's gonna trouble the water
My soul there forever, my spirit set free
God's gonna trouble the water

Lagu ini mengingatkanku pada Prof. Andre de Quadros yang kelasnya di 2nd dan 3rd Bandung Sympsium on Church choral Music kuikuti. Kelas pertamanya yang kuikuti adalah tentang musik African American Spiritual dan lagu Wade in the water merupakan lagu yang pertamakali dianalisanya. Sangat menarik dan mendalam bahasannya. Mulai dari latar belakang muncul lagu-lagu spiritual, cara melafalkan kata-kata inggris dengan lafal African American hingga cara menyaknyikannya. Benar-benar kelas yang sangat menarik.



Di Youtube bisa dijumpai beraneka anransemen dan bermacan gaya menyanyikan lagu ini. Hingga yang sudah diupload hingga hari ini, tidak ada satupun yang sama. Mulai dari Rochester A Capella Chorus, RHS Choral, Voice of Unity Youth Choir sampai Judy Henske dan Take6 dan masih banyak lagi, semuanya berbeda.
Tanggal 10 Mei ini LKCCO rencananya akan mengadakan konser lagi dan lagu ini adalah satu di antaranya. Dengan aransemen yang berbeda juga, tentunya. Sekali lagi aku tidak ikut. Banyak latihan yang tidak aku ikuti akhir-akhir ini, baik latihan bersama maupun kelas-kelas vocal building. Minggu-minggu terakhir ini aku..bukan sibuk...sedang dalam proses aklimatisasi <(stilahku sendiri khusus hanya untuk kasusku saja). Kebetulan, waktunya beberapa kali bentrok dengan latihan utama LKCCO. Sorry, Pak Anton.

1 minggu tanpa internet

Kompi di rumah beberapa hari ini mati. (gara-gara kelamaan dipakai 'kali ya?)
Internet di rumah sakit mati selama 2 minggu terakhir. Rasanya terputus dengan dunia luar. Banyak ide yang mau dituang ke sini akhirnya hilang begitu saja. Bawaannya jadi uring-uringan terus. Apa ini gejala kecanduan internet ya? (Sombong banget ya... belom juga 2 tahun kenal internet)

Hahaha.... ini kan gara-gara fastnet yang menawarkan internet murah. Dunia serasa langsung berubah setelah pasang fastnet. Dulu internet cuma dipakai untuk ambil dan kirim email,
sekali-sekali untuk cari referensi. Semuanya pakai perhitungan, jangan sampai tagihan bulanan tidak terbayarkan.

Dunia memang jadi berubah. Sekarang cari apa saja bisa lewat internet. Tahun lalu bisa beli banyak CD dan buku di amazon berkat internet. Ketemu lagi dengan teman-teman SMA gara-gara internet . Dapat teman-teman baru juga karena internet . Buku harian pindah ke internet. Setiap pagi belek di mata sangat tebal gara-gara internet juga

Kalau beberapa hari terakhir jadi tidak karuan gara-gara tidak bisa pakai internet.... apa iya ini gejala kecanduan internet? Kebetulan hari ini bisa nyambung lagi, langsung minta tolong Om Google cari tanda-tanda kecanduan internet. Salah satu hasilnya artikel di Intisari on the net. Ada 8 pertanyaan yang harus dijawab, kalau lebih dari 5 jawaban "YA", berarti sudah kecanduan internet.

Pertanyaan-pertanyaannya :
  1. Apakah Anda merasa keasyikan dengan Internet?
  2. Apakah Anda merasa perlu waktu tambahan dalam mencapai kepuasan sewaktu menggunakan Internet?
  3. Apakah Anda sering gagal dalam upaya mengontrol, mengurangi, atau menghentikan penggunaan Internet?
  4. Apakah Anda merasa gelisah, suka murung, depresi, atau lekas marah ketika berusaha mengurangi atau menghentikan penggunaan Internet?
  5. Apakah Anda mengakses Internet lebih lama dari yang Anda harapkan?
  6. Sudahkah Anda merasakan risiko kehilangan relasi yang penting, pekerjaan, kesempatan pendidikan atau karier, gara-gara Internet?
  7. Apakah Anda membohongi anggota keluarga, terapis Anda, atau yang lainnya untuk menyembunyikan keterlibatan yang lebih jauh dengan Internet?
  8. Apakah Anda menggunakan Internet sebagai jalan keluar mengatasi persoalan atau menghilangkan perasaan seperti keadaan tidak berdaya, rasa bersalah, kegelisahan, atau depresi?

1,2,4,5 ya... kurang dari 5 ... syukurlah, belum termasuk kategori kecanduan. Mungkin baru sampai tingkat penikmat internet, ya?

Hari ini kebaktian serasa menyaksikan sinetron indonesia

menyanyi di bawah nada dasar yang ditentukan,
semua nyanyian dibawakan dengan gaya mars,
termasuk lagu dengan tempo lambat,
antar bait tidak ada pause,
tidak semua bait dinyanyikan,

nyaris tanpa penghayatan,
suara prokantor (atau solist?) dominan,





penyakit endemik kali ya di semua gki?
 
Copyright 2009 Kupikir.... Powered by Blogger
Blogger Templates created by Deluxe Templates
Wordpress by Wpthemescreator
Blogger Showcase