Selasa, 20 Oktober 2009

Blog, salah satu tempatku beraktualisasi diri

Menulis itu asik buatku. Aku sadar, aku ini mudah lupa dan melupakan. Apa yang kupikirkan, kurenungkan, kurasakan, kugumulkan minggu lalu, belum tentu kuingat hari ini. Aku menolong diriku sendiri untuk memperpanjang daya ingatku dengan menuliskan pikiran, renungan, perasaan, pergumulanku. Saat aku membaca ulang tulisanku, daya ingatku menjadi lebih panjang lagi. Karena itulah blogku ini menjadi penting bagiku dengan 'keabadiannya' di dunia fana ini. Bebas rayap, bebas tinta luntur, bebas berkerut karena kena banjir, bebas robek, bebas kebakaran.

Ada kepuasan yang muncul setiap kali selesai memasukkan tulisan di blog ini. Ada pikiran dan rasa yang telah tercurahkan dalam kata-kata dan terabadikan dalam blog ini. Sewaktu-waktu akan menolongku mengingat kembali pikiran dan perasaan yang pernah muncul.

Berpikir, merenung, menulis.... lalu tersimpan dalam catatan yang dapat dibaca kapan saja memang melegakan. Kalau kemudian tulisanku dibaca orang lain.... patut disyukuri. Bila ternyata menjadi informasi yang berguna atau malah menginspirasi orang lain...wow! Itu bonus buatku. Artinya aku menjadi bermakna bagi orang lain.

Dulu ketika pengetahuanku tentang internet baru sebatas email sebagai alat bertukar informasi, aku mengirimkan tulisanku ke redaksi sebuah harian ibukota. Saat-saat melihat tulisanku dimuat, menerima respons melalui email yang diteruskan padaku, menerima honor yang besarnya sama dengan pendapatanku sebulan sebagai praktisi kedokteran gigi, adalah saat-saat yang tidak terlupakan. Aku menjadi bermakna bagi orang lain dan bagi diriku sendiri. Namun tidak mudah mengulagi pengalaman seperti ini. Tidak mudah menembus seleksi redaksi, apalagi koran dengan oplah besar. Karena itu melihat tulisanku dimuat di media tidak menjadi obsesiku.

Ada lagi pengalaman unik menulisku. Tulisanku pernah dimuat di sebuah tabloid yang kukira cukup besar oplahnya karena berada di bawah manajeman sebuah televisi swasa nasional. Kali ini inisiatif menulis bukan berasal dariku. Seorang wartawan tabloid ini membuat janji, melalui manajer pemasaran rumah sakit tempatku bekerja,untuk melakukan wawancara. Hingga saat yang dijanjikan, wartawan tidak datang. 2 minggu kemudian, ada memo dari manajer pemasaran yang berisi daftar pertanyaan yang diajukan oleh wartawan. Karena tidak jelas kapan wartawan akan datang, aku berinisiatif untuk menuliskan jawabanku. Ternyata memang akhirnya aku tidak pernah bertemu dengan wartawan itu. Rupanya tanpa bertemu, wawancara dianggap selesai oleh sang wartawan. Tidak lama, aku menerima email dari sang wartawan yang meminta fotoku. Kukirim fotoku, juga melalui email. Setelah itu tidak ada kabar berita, tidak ada ucapan terimakasih dari wartawan, tahu-tahu seorang temanku memberitahuku tentang tulisanku yang dimuat di tabloid dalam kolom konsultasi yang memajang fotoku. Ck...ck...ck... rupanya itulah gaya jurnalisme jaman internet! Tanpa perlu tatap muka, basa basi, apalagi honor!

Dua pengalaman di atas membuatku yakin, menulis di blog itu jauh lebih berarti bagiku. Aku bisa menulis apa saja yang kuinginkan, tidak perlu menembus sensor orang lain. Aku bisa menulis tanpa perlu merasa dilecehkan. Aku bisa menulis dan menghargai sendiri tulisanku. Aku memang tidak memerlukan penghargaan dari orang lain atas tulisannku. Karena blogku adalah tempatku beraktualisasi. Di sinilah aku menyatakan diriku.
 
Copyright 2009 Kupikir.... Powered by Blogger
Blogger Templates created by Deluxe Templates
Wordpress by Wpthemescreator
Blogger Showcase