Kamis, 28 Mei 2009

Kupikir..... aku beruntung pada Peh Cun tahun ini

Hari ini, 28 Mei 2009 bertepatan dengan tanggal 5 bulan 5 menurut penanggalan Cina. Ada tradisi Peh Cun pada hari ini untuk merayakan Dewa Air. Persisnya bagaimana, aku tidak terlalu mengerti, karena keluargaku hanya mewarisi darah Cina, tetapi tidak tradisinya. Yang aku tahu, menjelang Peh Cun, banyak orang menjual daun bambu dan beras ketan yang terpilih. Kemudian, 3-5 hari menjelang Peh Cun banyak kue cang dijual di pasar.


Waktu kecil dulu, aku ingat kami pernah "kebagian jatah" bacang dari Om John yang mendapat kiriman banyak bacang dari pasien-pasiennya. Jatah kita begitu banyak, dalam segi jumlah maupun rasa. Ada yang dari ketan, ada juga yang dari beras. Ada yang manis, ada yang asin, ada yang pedas, ada juga yang mengandung cabe rawit gelondongan di dalamnya. Saat itu, untuk pertama kalinya aku mendengar istilah Peh Cun juga penjelasan tentang kapan perayaan itu terjadi dalam penanggalan Cina.

Setelah pengalaman masa kecil itu, istilah Peh Cun kudengar lagi ketika SMA dalam pelajaran Bahasa Inggris. Salah satu bahan bacaan yang dipakai adalah tentang perayaan pesta air yang diselenggarakan pada Peh Cun. Entah mengapa, dibandingkan perayaan-perayaan tradisional Cina lainnya, Peh Cun lebih berkesan bagiku. Jadi meskipun pengalaman dan informasi yang kudapatkan sangat sedikit, aku mengingatnya terus.

Lama sesudah itu... setelah aku berkeluarga, aku bertetangga dengan keluarga keturunan Cina yang berasal dari Belitung. Beberapa hari menjelang Peh Cun, mereka membuat kue cang dan bacang dalam jumlah banyak dan menjualnya kepada tetangga-tetangga. Selain itu, aku juga melihat ada yang istimewa di Sungai Cisadane, yang mengalir di belakang Robinson, Tangerang. Ada banyak perahu-perahu dengan hiasan di sepanjang sungai. Rupanya dari dulu, orang-orang Cina di Tangerang memiliki tradisi merayakan Peh Cun dengan lomba perahu, dan kemudian diambil alih oleh pemda dengan Festival Cisadane yang diadakan di sekitar hari raya Peh Cun.

7 tahun terakhir, setelah kami pindah rumah, tidak ada lagi pengalaman yang membuatku ingat akan Peh Cun.

Di luar kenangan-kenangan tentang Peh Cun, ada satu kejadian yang melekat terus di benakku, yaitu fenomena berdirinya telur. Aku pernah mendengar kesaksian orang yang berhasil membuat telur berdiri. Kejadian yang hanya terjadi satu kali setahun secara teratur menurut penanggalan Cina, namun aku tidak mengingatnya. Hingga 3 tahun yang lalu, dengan "googling" aku mengetahui bahwa fenomena ini terjadi pada saat Peh Cun. Sayang, saat itu Peh Cun sudah lewat. Jadi aku harus menunggu beberapa bulan lagi.

Tahun lalu, Peh Cun jatuh pada hari Minggu. Aku mengeluarkan telur sejak pagi dari lemari es dan menunggu-nunggu telur-telur itu berdiri. Ternyata penantianku sia-sia, tidak satupun yang berdiri. Malamnya, aku menyaksikan berita di TV tentang orang-orang di klentek Boen Tek Bio yang berkumpul untuk membuat telur-telur berdiri. Ternyata telur harus dibuat berdiri, tidak bisa berdiri sendiri. Satu tahun lagi aku harus menunggu!

Tadi pagi, Sian Ing mengantarkan kue cang dan bacang ke rumah....hmm..... sudah lama sekali aku tidak mengalami ini! Ini keberuntungan pertamaku pada Peh Cun tahun ini. Kemudian, sama seperti tahun lalu, aku mengeluarkan telur-telur dari lemari es.





Pukul 12, aku mencoba membuat telur-telur berdiri.....horeeee....berhasil! Keberuntunganku yang kedua! Aku berhasil membuat 5 telur berdiri, sayang yang 2 jatuh sebelum diabadikan gambarnya. Tidak mudah untuk membuat telur berdiri. Perlu kesabaran dan ketenangan. Dan aku merasa beruntung sekali dapat menjadi saksi fenomena unik ini.



Keberuntunganku yang ketiga, balerinaku pulang dengan membawa 5 buah bacang dari temannya.... Ini adalah pengalaman Peh Cun-ku yang paling berkesan selama ini. Kupikir....aku beruntung pada Peh Cun tahun ini.
 
Copyright 2009 Kupikir.... Powered by Blogger
Blogger Templates created by Deluxe Templates
Wordpress by Wpthemescreator
Blogger Showcase