Masalah pertama muncul kira-kira 10 tahun yang lalu. Gigi ini terasa sakit berdenyut. Kali ini aku berkonsultasi dengan Eng Lian, yang waktu itu sedang studi spesialisasi konservasi gigi. Setelah dibongkar, daerah tanduk pulpa distal terasa sangat nyeri, sedangkan bagian mesial tidak masalah. Partial nekrosis. Menurut Eng lian, memang gejalanya seperti itu. Rasa sakitnya melebihi pulpitis. Waktu itu gigiku di-pulp-capping. Hal ini beratahan hingga kira-kira 5 tahun.
Muncullah masalah kedua. Gigi ini terasa sakit sekali, betul-betul sakit. Sakit ini akan mereda bila aku minum atau berkumur air, juga bila angin dihembuskan ke gigi ini. Kalau hal ini terjadi pada pasienku, aku pasti akan membuka tambalan gigi dan atap pulpa gigi. Hal ini pasti efektif untuk mengatasi tekanan gas yang ada di dalam pulpa yang menimbulkan rasa sakit ini. Tapi aku tidak berani melakukannya pada diriku. Ada rasa ragu, apa betul tindakan ini efektif.... bagaimana jika hasilnya malah makin sakit.
Sore itu, aku ke Bobby. Sejak di perjalanan sampai menunggu di ruang tunggu pasien (sungguh pengalaman menjemukan...), aku mengemut air sejuk terus. Bila suhu air sudah sama dengan suhu rongga mulut, air aku telan. Sampai kembung. Benar saja, yang dilakukan Bobby terhadap gigiku ini sama seperti yang biasa aku lakukan pada pasienku. Rasa sakit langsung hilang. Perawatan selanjutnya, aku lakukan sendiri. Perawatan seadanya, karena tidak mungkin aku melakukan preparasi biomekanis di gigi sendiri, apalagi gigi kiri. Hanya dengan memasukkan pasta kalsium hidroksida dan menutupnya dengan tambalan sementara. Bila tambalan sementara berkurang, ya tambal ulang. Seperti itulah, berulang-ulang dan gigiku bertahan tanpa masalah sampai beberapa bulan yang lalu.
Inilah masalah yang ketiga dan hingga kini belum terselesaikan. Beberapa bulan yang lalu, dinding bukal gigiku retak. Jadi sakit kalau dipakai mengunyah. Kali ini gigiku ditangani Debby. Bagian gigi yang retak dipotong, ternyata sampai di bawah tepi gusi. Ruang pulpa sudah tertutup, karena penggunaan kalsium hidroksida selama 5 tahun terakhir. Debby, yang spesialis konservasi gigi, menganjurkan agar gigiku dicabut saja, karena tidak memungkinkan lagi untuk direstorasi. Ketika aku minta tolong ke drg Alex untuk mencabut gigiku, dia malah balik meyakinkanku bahwa gigiku bisa direstorasi. Weleh.... sepertinya ada rasa sungkan karena pasiennya sesama dokter gigi.
Sampai sebulan yang lalu, sisa gigi yang ditolak oleh 2 spesialis itu tidak menimbulkan masalah, msekipun dalam keadaan terbuka. Baru beberapa hari belakangan, gigiku mulai mengganggu lagi. Dugaanku periodontitis, karena beberapa bulan oklusi tidak normal. Ada rasa tidak nyaman di sekitar gigi ini, tapi enak kalau dihisap-hisap. Kalau malam, rasa tidak nyaman bertambah. Sudah waktunya dicabut, tapi aku tidak bisa mencabutnya sendiri, selain rasa tidak tega waktu menyuntik, juga kesulitan mengatur posisi mancabut karena gigi ada di sebelah kiri.
Susahnya kalau dokter gigi sakit gigi.
