Selasa, 22 April 2008

40 hari meninggalnya Tante Kiem

Malam ini akan ada keramaian di rumah Tante Kiem, peringatan 40 hari meninggalnya Tante Kiem. Banyak yang sibuk demi terlaksananya peringatan hari ini, pasti karena banyak yang sayang Tante Kiem. Tante Kiem memang layak disayangi banyak orang. Selama hidupnya, Tante Kiem memang baik kepada semua orang. Selalu gembira dan tidak pernah mengeluh, rasanya. 25 tahun hidup sendiri tidak membuatnya kesepian, karena temannya banyak, keponakannya juga banyak, belum lagi cucu-cucu keponakan.

Tante Kiem selalu saja ingin memberi. Kegemarannya membuat kerajinan tangan membuatnya selalu ada alasan untuk memberi. Tahun-tahun terakhir hidupnya, Tante Kiem membuat kristik yang bergambar bintang dan shio cucu-cucunya. Setiap cucu dibuatkan 2 kristik yang telah dibingkai. Kemarin aku ke rumahnya, di kamar tempat Tante Kiem bekerja dan menyimpan karya-karya tangannya, kujumpai kristik bintang Aries. Ternyata kristik itu dulu dibuat untuk seorang calon cucunya, yang ternyata lahir beberapa hari setelah bulan yang dinaungi rasi bintang Aries berakhir. Jadi kristik itu tidak jadi diberikan.

Siapapun yang datang mengunjunginya pasti disuguhi sesuatu yang dapat dimakan, entah dibuatnya sendiri atau dibeli. Sekali waktu, aku datang pada hari puasaku. Tante Kiem merasa menyesal tidak bisa menyuguhi aku apa-apa dan menjanjikan bila aku datang lagi akan membelikan ayam kremes enak buatan tetangganya. Pada waktu lain, kami beberapa keponakan dan cucunya mengunjunginya bertepatan dengan saat Sincia. Tante Kiem sudah menyiapkan kroket-kroket mungil khas buatannya di lemari es. Semua orang yang datang pada hari akan mendapatkan kroket tersebut dalam keadaan hangat, karena Tante Kiem sengaja baru menggorengnya kalau tamu sudah datang.

Tante Kiem selalu menyenangkan orang lain dan tidak pernah menyusahkan orang lain, bahkan sampai meninggalnya. Tante Kiem meninggal dengan tenang pada pagi hari, tanpa merepotkan siapapun sebelumnya. Bahkan pembantu yang datang setiap hari sudah diberitahu agar tidak pulang bila pintu tidak dibukakan, karena mungkin Tante Kiem sudah meninggal. Bahkan duplikat kunci rumahnyapun diberikan kepada tetangganya, supaya tidak perlu repot merusak pintu apabila Tante Kiem terkunci di dalam.

Tante Kiem tidak pernah mau merepotkan orang lain. Kalau kemudian banyak orang yang menjadi repot ketika Tante Kiem meninggal, mungkin juga itu tidak disukai oleh Tante Kiem. Tapi Tante Kiem tidak bisa menolak. Kerepotan yang terjadi bukan karena Tante Kiem yang membuat, tapi itu semua merupakan ungkapan kasih orang-orang yang mengasihi Tante Kiem. Juga hari ini. Sejak beberapa hari, bahkan minggu sebelumnya, banyak orang repot. Tante Lan dan Tante Ing repot menyiapkan rumah Tante Kiem, menyiapkan makanan dan souvenir untuk acara hari ini. Liani khusus pulang ke Indonesia untuk hari ini. Semuanya sebagai ungkapan rasa sayang untuk Tante Kiem.

Kalau aku saat ini diam di rumah, tidak hadir di sana, bukan berarti aku tidak menyayangi Tante Kiem. Rumahku jauh, tidak ada kendaraan yang bisa ditumpangi malam ini. Selain itu, aku juga akan merasa asing dengan acara yang akan berlangsung malam ini, yaitu acara yang sangat katholik : missa arwah....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 
Copyright 2009 Kupikir.... Powered by Blogger
Blogger Templates created by Deluxe Templates
Wordpress by Wpthemescreator
Blogger Showcase