Rabu, 23 April 2008

Bukan Uncle Nick

Tunanetra itu digandeng oleh seseorang sebelum memasuki angkot yang kutumpangi dan duduk di hadapanku. Setelah itu dia mulai berbicara, dimulai dari menanyakan tujuan angkot ini. Ketika ada yang menjawab, "Saya gak tau, saya juga baru kali ini naik angkot ini", dengan galak dia menjawab, "Saya ga tanya orang yang gak tau, saya tanya orang yang tau." Jawabannya itu membuat seisi angkot menjadi tegang dan tidak ada yang mau meladeni pembicaraannya..

Meskipun tidak ada yang menanggapi, dia terus berbicara. Topik pembicaraannya berkisar tentang keluhan-keluhannya, mulai dari susahnya mencari pekerjaan, kemalangannya yang tidak bisa pulang karena tidak punya uang, sampai ketidakpedulian kerabatnya yang tidak memberinya ongkos pulang. Semuanya diucapkan dengan nada menggerutu. Sama sekali tidak menimbulkan rasa kasihan. Tidak ada satupun yang menanggapi pembicaraannya. Semua penumpang memperlihatkan wajah tegang, seolah-olah ada perampok di dalam angkot itu.

Untung aku tidak perlu berlama-lama di dalam angkot itu. Begitu sampai tempat tujuanku, aku turun. Aku membayar ongkosku dan ongkos tunanetra itu, bukan karena kasihan pada tunanetra itu tapi pada supir angkot.

Tunanetra itu memang bukan Uncle Nick dalam film Blind Fury. Sama-sama tidak perlu dikasihani. Bedanya, Uncle Nick tidak minta dikasihani sedangkan yang kujumpai tadi tidak layak dikasihani.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 
Copyright 2009 Kupikir.... Powered by Blogger
Blogger Templates created by Deluxe Templates
Wordpress by Wpthemescreator
Blogger Showcase