Jumat, 21 Maret 2014

11 April 2013

Tanggal 11 April 2013 adalah hari terburuk dalam hidupku. Ini adalah  statusku di facebook :

Barang siapa menanam, dia belum tentu akan menuai. Tergantung siapa pemilik tanah yang ditanami. Makanya sedapat mungkin teliti status tanah sebelum menanam. Kalau tidak bisa ditelusuri sebelumnya dan ternyata pemilik tanahnya orang tak berhati....yah...namanya apes!

Hampir 1 tahun yang lalu. Ini adalah beberapa komentar teman-temanku di facebook :


  • Budiarto Baskoro pengalaman pribadi yaaa..???
  • Diana Gunawan ː̗̤̣̀̈̇ː̖́:Dßέ†Ů£(y) jg sih bu...
  • Melinda Suwandi Budiarto Baskoro : hiks!
    Diana Gunawan : bete bgt!
    Hai Ryns Ratumakin! Saya sehat2 d sini. Masih di Jakarta ko?
  • Meliani Suwandi Barusan nanam apa dan di mana?
  • Fero Tefamnasi Status tanahx tak bersertvkat maka masalah tu.....
  • Sanyoto Wisanmorta itu ayat alkitab ya bu...!!?
  • Melinda Suwandi Bukan. Itu status fb saya.
  • Fero Tefamnasi Hehehehe.....jd terhibur baca status fbx bu doktr...
  • Melinda Suwandi Kenapa, Fero? Lagi sedih ya, status saya bisa jadi penghibur?
    Hari itu rasanya seperti kiamat. Kami, seluruh staf dokter gigi di RS dipanggil ke ruang direksi. Mungkin aku satu-satunya dokter gigi yang sama sekali tidak mempunyai prasangka buruk terhadap RS dan pemilik klinik giginya saat itu. Sebelum menuju ruang direksi, kami berkumpul dulu di klinik gigi. Di sana munculah dugaan-dugaan rekan-rekan dokter gigi. Dugaan yang positif maupun yang negatif. Saat itu aku menampik semua dugaan negatif. 
    Ternyata berpikir positif itu tidak selalu berguna. Mungkin aku adalah pemilik pikirin positif terhebat saat itu. Karena itu pulalah, setelah itu aku menjadi orang yang paling sakit.
    Di ruang direksi kami diberikan 2 hal :
    1. ucapan terimakasih karena telah bersama-sama membangun dan hidup bersama RS selama 6 tahun lebih. 
    2. pemberitahuan bahwa mulai Bulan Juni akan ada tim dokter gigi yang akan menggantikan kami.
    Inilah reaksi pertamaku.Aku merasakan langit-langit ruang direksi runtuh dan keping-kepingnya menusuk hatiku, memeras kelenjar air mataku dan menekan dadaku hingga terasa sesak. Aku menangis sesegukkan. Aku satu-satunya yang menangis berurai air mata saat itu. Karena aku satu-satunya yang berpikir positif sebelum memasuki ruang direksi.
    Reaksi kedua, aku marah dan mulai merunut kejadian-kejadian sebelum ini. Begitu keluar dari ruang direksi, aku langsung berpendapat bahwa pemutusan kerjasama ini bukan hanya kesemena-menaan Rumah Sakit. Aku sangat yakin dokter gigi pemilik klinik juga terlibat dalam pemutusan kerjasama.
    Mungkin aku satu-satunya dokter gigi di sana yang mengetahui sistem kerjasama yang terjadi antara RS dan pemilik klinik. Kerjasamanya merupakan kontrak yang harus diperpanjang setiap 3 tahun. Bulan September 2012 kontrak kedua telah habis dan harus diperpanjang. Saat itu aku sudah menanyakan tentang perpanjangan kontrak kepada pemilik klinik. Aku bermaksud membeli hak kontrak itu seandainya dia tidak mau melanjutkan. Jawabannya, sudah beres! Bahkan salah satu perawat gigi di Rumah Sakit pernah mendengar pernyataannya, kalau memang hak kontrak mau dijual maka aku adalah orang pertama yang akan ditawarkan. Jadi aku menafsirkan jawaban itu sebagai : kontrak sudah diperpanjang lagi untuk 3 tahun ke depan.

    Selama ini aku menjadi dokter gigi dengan jumlah jam praktek terbanyak di Rumah Sakit. Karena "kepastian" yang kuperoleh saat itu, aku memutuskan untuk berkonsentrasi di Rumah Sakit. Aku menutup praktekku di rumah. Dental unit kujual. Pasien-pasien di rumah dan di klinik aku pindahkan semua ke Rumah Sakit. 

    Yang tadi itu cerita tentang aku.
    Sekarang tentang dokter gigi pemilik klinik di Rumah Sakit. Dia (aku tidak mau menyebutnya beliau, karena saat ini aku tidak menganggapnya sebagai orang yang harus kuhormati) sudah tua dan sudah pensiun dari PNS.  Kedua anaknya tinggal di luar negeri, salah satunya baru menikah di sekitar waktu perpanjangan kontrak. Dia sering bolak-balik ke negeri tempat anaknya tinggal. Waktunya di Rumah Sakit berkurang banyak. Seharusnya ini menjadi tanda bahwa dia tidak mempunyai niat baik untuk memperpanjang kontrak. Namun aku selalu berpikir positif.

    Dari awal aku sudah melihat bahwa dia pandai berbicara. Bertahun-tahun mengenal dia, aku tahu bahwa kemampuan berbicaranya seringkali dipakai untuk berkelit dari satu masalah dengan cara membuat lawan bicaranya tidak bisa berbicara lagi. Kata-kata yang digunakan untuk berkelit sebetulnya tidak nyambung. Aku sudah bisa membedakan dia sedang berbohong atau tidak. Bodohnya, aku tidak menganggapnya berbohong saat dia berkata urusan perpanjangan kontrak sudah beres. Karenanya aku tidak mengorek-ngorek lagi bentuk beresnya seperti apa.

    Jadi sebetulnya dia sudah merencanakan mengakhiri kerja sama dengan Rumah Sakit. Agar tidak dipusingkan lagi dengan urusan Rumah Sakit. Agar bebas mengunjungi anak-anaknya kapanpun.

    11 April 2013 memang menyakitkan buatku. 
    Aku sakit hati karena aku merasakan sendiri jatuh bangun Rumah Sakit sejak pertama kali berdiri. Setelah pasar terbentuk,  ada tim dokter gigi lain yang akan menuai hasilnya. 
    Aku sakit hati karena dokter gigi pemilik klinik itu berbohong dan karena kebohongannya aku mengorbankan tempat praktekku di rumah.

    Hari ini luka di hatiku sudah tidak ada bekasnya. Namun kejadian 11 April 2013 yang membuat luka di hatiku, tidak akan kulupakan. 11 April 2013 adalah titik balikku memulai pertandingan hidup yang baru, seperti yang kutulis di status facebook-ku pada 30 Mei 2013 :

    Di garis finis

    Dan ini adalah komentar-komentar teman-teman di facebook-ku :

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 
Copyright 2009 Kupikir.... Powered by Blogger
Blogger Templates created by Deluxe Templates
Wordpress by Wpthemescreator
Blogger Showcase