Kamis, 20 Maret 2014

Jamur

Ada sejenis jamur yang sering kubeli di pasar. Aku lupa nama jamurnya, sebutlah jamur blablabla. Jamur tumbuh di dalam kotak plastik dan dikemas dalam kantong plastik Produksi Korea. Di pasar dijual dengan harga Rp. 10.000,-. Setelah dibeli, jamur ini masih bisa disimpan di dalam lemari es selama beberapa hari.

Kupikir.....
Jamur ini murah sekali, mengingat negara asal produsennya, ongkos budidayanya, pengemasannya dan ongkos kirimnya. Aku iri karena Indonesia memiliki udara dan suhu yang kondusif bagi pertumbuhan jamur, tapi tidak memiliki teknologi ini. Jamur-jamur yang tumbuh dan dikonsumsi di Indonesia semuanya berusia paling lama 1 hari. Setelah itu layu. 

Beberapa hari yang lalu di keranjang Takakura-ku ada banyak benda-benda halus berwarna putih seperti gumpalan kapas. Sebetulnya hal ini sering muncul. Biasanya setelah beberapa hari menjadi hitam. Tadi siang, saat aku memasukkan sampah baru, ada beberapa pucuk jamur. Ada yang terselip di antara tumpukan sampah. Ada yang tumbuh keluar dari jaring. 

Kupikir... 
bentuknya persis sama dengan jamur blablabla yang minggu lalu kupakai untuk membuat sup. Waktu itu aku membuang akar jamur yang berwarna kehitaman di keranjang Takakura. Rupanya suhu dan kelembaban keranjang ideal bagi spora jamur blablabla untuk membelah diri. Ditambah nutrisi tinggi dari sampah lainnya, maka berkembang-biaklah dia. 

Kupikir...
Gumpalan-gumpalan seperti kapas yang terlihat beberapa hari yang lalu adalah benang-benang hifa yang  banyak. Tadi siang kulihat masih banyak gumpalan-gumpalan kapas itu. Mungkin beberapa hari lagi banyak yang jadi jamur.

Kupikir...
Asik juga ya kalau bisa beternak jamur di halaman rumah sendiri....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 
Copyright 2009 Kupikir.... Powered by Blogger
Blogger Templates created by Deluxe Templates
Wordpress by Wpthemescreator
Blogger Showcase